KESAH.ID – Arswendo pernah menulis buku Mengarang itu Gampang. Benarkah?. Ternyata tidak juga karena banyak orang merasa sulit sekali menulis meski telah berkali-kali ikut kelas menulis. Memulai menulis kadang memang sulit, tak tahu mulai dari mana. Maka menulis dengan model seperti menulis surat bisa menjadi pilihan untuk mulai menulis. Menulis surat lebih mudah karena kita akan menulis seperti sedang berbincang atau bercakap-cakap dengan orang lain.
“Ternyata lebih mudah menulis dalam bentuk surat,” kata teman saya yang sudah lama pingin bisa menulis.
Menulis dalam bentuk surat memang lebih mudah karena ada sosok yang seolah sedang berhadapan untuk diajak berbincang-bincang.
Saya jadi ingat ketika dulu ada teman yang piawai menulis memberi satu resep rahasia agar lancar menulis. “Menulislah seperti ketika sedang bercakap-cakap,” ujarnya.
Percakapan dalam bentuk surat atau korespondensi nyatanya memang melahirkan banyak buku legendaris.
Habis Gelap Terbitlah Terang yang monumental itu adalah kumpulan surat-suratan antara Raden Ajeng Kartini dan sahabat-sahabat di Eropa. Surat-surat itu dikumpulkan oleh J.H Abendanon yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda.
Belajar Bertanya, juga merupakan sebuah buku yang disusun dalam bentuk percakapan antara Paulo Freire dan Antonio Faundez. Dua orang yang terbuang dari negaranya sendiri saling berbagi pengalaman, perspektif dan pemikiran sebagai orang buangan serta tantangannya.
Paolo Freire dan Antonio Faundez dikenal sebagai aktivis serta pemikir pendidikan pembebasan. Sebuah isu yang sulit dan pelik dalam dunia pendidikan kritis. Namun pengalaman, perspektif dan pemikiran yang dituliskan dalam bentuk percakapan dengan selingan humor dan anekdot membuat hal-hal rumit dan sulit jadi enak dibaca.
Model tulisan atau menulis seperti tengah dicerita juga dikenal lewat buku berjudul Catatan Harian Ahmad Wahib yang diterbitkan oleh LP3ES dan Catatan Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok Gie.
Membaca buku-buku diatas terasa tidak melelahkan walau menghantar kita ikut dalam perjalanan pemikiran mereka yang luas dan penuh pergulatan.
Kata demi kata, rangkaian kalimat, keprihatinan, harapan, gugatan dan lainnya bukan terbaca namun terasa terdengar seperti ucapan, suara yang menceritakan.
Model tulisan dengan cara bertutur ternyata memang ampuh untuk menarik perhatian pembaca karena lebih mudah untuk yang membaca masuk dalam alur dan jalur tulisan.
Mungkin ada yang berpikir dengan corak bertutur sebuah surat menjadi kurang dalam, surat lebih berisi luapan emosi.
Anggapan semacam ini tentu tidak benar. Surat menyurat juga bisa merupakan bentuk pertukaran pikiran. Para pemula dalam bidang literasi, para pejuang kemerdekaan dan pejuang-pejuang lainnya mereka dulu mengandalkan korespodensi.
Jawaharlal Nehru, bapak bangsa India menggunakan surat untuk berdiskusi dengan putrinya yang bernama Indira Gandi. Indira kelak dikenal sebagai salah satu Perdana Menteri India yang paling dikenal dan dihormati, seperti Mahatma Gandi yang sering dikira orang adalah bapaknya.
Karena aktivitas politiknya Nehru dipenjara oleh pemerintah kolonial Inggris. Tak bisa bertemu dengan putrinya, Nehru selalu berkirim surat untuk mengajarkan kehidupan. Lewat suratnya Nehru juga bercakap tentang geografi, perdagangan, kepahlawanan, evolusi dan lain-lain.
Nehru membincangkan hal itu lewat kalimat-kalimat hangat dalam surat yang ditulis dengan rasa cinta seorang ayah pada putrinya.
BACA JUGA : Barang Tuhan
“Indira sayang, pada hari ulang tahunmu, kau biasa menerima hadiah dan ucapan selamat. Ucapan selamat akan kau terima sepenuh-penuhnya, tetapi apa hadiah yang bisa kukirimkan dari penjara Naini? Hadiah ulang tahun dariku tidak akan berwujud benda, tetapi semangat dan pemikiran. Itu hadiah yang tidak mungkin dihalangi oleh tembok penjara.”
Begitu isi salah satu surat Nehru kepada Indira tatkala putrinya berulang tahun. Pada hari penting dan bahagia yang tak bisa dihadiri olehnya, Nehru menghadiahi pemahaman bahwa semangat dan pemikiran bisa terus dibagikan dan diberikan dimanapun berada. Tak ada yang bisa menghalangi meski itu adalah tembok penjara.
Nehru memang selalu mengajarkan perangai ilmiah atau scientific temper. Dalam memperjuangkan kebebasan India dari penjajah Inggris, Nehru juga memperjuangkan dan menyebarkan semangat untuk meninggalkan tahyul. Jalan ilmu pengetahuan adalah jalan pembebasan untuk Nehru.
Hal ini ditegaskan oleh Nehru dalam suratnya kepada Indira Gandi “Kau tahu, aku tidak suka berkhotbah atau berpetuah. Aku selalu berpikir bahwa cara terbaik untuk menemukan apa yang benar dan tidak benar, apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan, bukanlah dengan petuah melainkan dengan percakapan dan diskusi, dan melalui diskusi sering kali kita bisa mendapatkan secercah kebenaran.”
Ketika terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, Barrack Obama menulis surat terbuka untuk kedua putrinya. Surat ini sebenarnya juga ditujukan untuk anak-anak Amerika Serikat.
Dalam suratnya Obama menerangkan kenapa dirinya maju untuk mencalonkan diri menjadi presiden.
Kata Obama “Saat saya masih muda, saya hanya berpikir bahwa kehidupan itu adalah “tentang saya”, yaitu tentang bagaimana saya harus menjalani hidup ini, bagaimana menjadi sukses, dan mendapatkan segala sesuatu yang saya inginkan. Lalu, kalian (Malia dan Sasha) datang dalam kehidupan saya,”
Dan kemudian dilanjutkan dengan “Saya menyadari bahwa hidup saya baru akan berarti jika saya mampu memastikan bahwa kamu punya kesempatan untuk bahagia dan bisa memenuhi dirimu sendiri, dan akhirnya, itu sebabnya saya berniat menjadi presiden: untuk kalian dan untuk setiap anak di negeri ini,”
Begitulah Obama mengajarkan arti hidup dan arti sukses untuk anak-anaknya dan anak-anak Amerika Serikat lainnya.
Berkaca dari dirinya maka Obama menginginkan anak-anak Amerika untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah yang menginspirasi, punya kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan di tingkat tinggi tanpa memperdulikan kondisi keuangan keluarga dan kemudian memperoleh pekerjaan dengan bayaran yang layak serta keuntungan lain seperti jaminan kesehatan dan rencana pensiun yang memungkinkan menikmati masa pensiun dengan nyaman.
Melalui putri-putrinya, Barrack Obama berbicara dengan anak-anak Amerika. Memberikan harapan-harapan kepada generasi masa depan dengan bahasa dan kehangatan cinta seorang ayah.
Obama tidak menemui anak-anak dengan membawa hadiah. Hadiah yang akan diberikan jika anak-anak bisa menjawab pertanyaan kuis yang mudah sekali. Obama ditunggu anak-anak karena membawa kehangatan dan cinta seorang ayah. Anak-anak antusias menyambutnya walau Obama tidak membawa sepeda dan hadiah-hadiah lainnya. Kehadirannya adalah sebuah hadiah.
BACA JUGA : Napak IKN
Saya sejak beberapa tahun terakhir ini belajar memperdalam pembelajaran menulis dengan secara rutin menulis di sebuah weblog. Cara ini saya praktekkan untuk mengikuti sebuah nasehat yang mengatakan ‘menulislah setiap hari”.
Menulis memang butuh latihan, sama seperti banyak hal lainnya.
Walau Arwendo pernah mengatakan menulis itu gampang, nyatanya tidak demikian untuk kebanyakan orang. Terlebih lagi jika menulis itu tak punya kegunaan praktis untuk yang ingin belajar. Segala sesuatu memang akan lebih mudah jika merupakan keharusan.
Maka untuk yang mau sukarela belajar, cara menulis seperti menulis surat bisa jadi akan lebih mudah untuk dilakukan jika ingin mulai menulis.
Menulis dengan model menulis surat akan terasa lebih mudah karena ada sosok yang akan diajak bercakap, berdiskusi atau bertukar gagasan. Bersurat juga terasa lebih personal sehingga yang menulis bisa lebih mengungkap hal-hal yang dirasakan, dipikirkan atau dibayangkan.
Surat dengan sendirinya akan membimbing penulisnya untuk menuliskan apa yang ingin disampaikan.
Sebuah tulisan mesti dibaca. Dan orang akan selalu suka membaca surat.
Maka menulis dalam bentuk surat terbuka misalnya akan lebih memancing orang lain untuk membacanya. Seseorang akan selalu ingin tahu isi sebuah surat.
Seingat saya, beberapa tahun lalu saya pernah mencoba menulis surat terbuka lalu saya posting di Facebook. Idenya tidak orisinil dari saya sendiri melainkan terinspirasi oleh surat terbuka yang ditulis oleh Hamid Basyaib. Hamid menuliskan surat untuk istrinya, perihal perjalanan dan dinamika hidup bersama dalam perkawinan mereka.
Saya mengikuti alurnya dengan mulai mengatakan bahwa saya bukan seorang filsuf yang bisa mengambarkan cinta dengan sangat dalam. Ada beberapa hal yang saya tekankan dalam surat itu bahwa pernikahan bukan menyatukan dua orang yang berbeda, melainkan menerima untuk hidup bersama sebagai dua orang yang tetap berbeda namun punya tujuan yang sama.
Melihat komentar dan tanggapan, saya merasa surat itu adalah surat terbaik yang pernah saya tuliskan.
Sekali lagi untuk yang ingin belajar menulis namun tak punya waktu atau kesempatan mengikuti kelas menulis, bisa mulai mencoba menulis dengan membuat sebuah surat.
Surat apa saja, yang penting bukan surat ijin sakit yang isinya tak dilengkapi dengan surat keterangan dokter.
note : sumber gambar – WIKIPEDIA