KESAH.ID – Ajang Moto GP semakin mengerucutkan persaingan pada 4 pembalap Ducati yakni Jorge Martin, Pecco Bagnaia, Marc Marquez dan Enea Bastianini. Andai saja dalam balapan berikut pembalap dari pabrikan lain tak bisa merecoki persaingan mereka, niscaya Moto GP akan menjadi Ducati Cup, sungguh akan membosankan.
Balapan Moto GP semakin menunjukkan ajang ini milik Ducati. Maka tak salah kalau ada yang menyebut Moto GP sebagai Ducati Cup.
Baik di sesi sprint race maupun main race, persaingan semakin mengental pada Jorge Martin, Francesco Bagnaia, Marc Marquez dan Enea Bastianini.
Mereka menjadi 4 dari 8 pembalap Ducati yang selalu bersaing untuk memperebutkan tempat terdepan.
Jorge Martin sejauh ini menjadi pembalap yang paling konsisten di sesi sprint race, dia adalah rajanya. Kemampuannya untuk langsung melaju dan terus di depan selama balapan lintasan pendek telah teruji. Di sesi sprint race, amat jarang Jorge Martin melakukan kesalahan.
Sementara Peco Bagnaia dikenal sebagai pembalap hari minggu, tapi bukan sunmori. Titel pembalap sunmori dilekatkan kepada Luca Marini yang meninggalkan Ducati ke Honda.
Pecco sejauh ini meraup poin melalui balapan utama, penampilannya konsisten walau pada sessi sprint race sering kedodoran bahkan nir poin karena jatuh.
Sedangkan Marc Marquez, meski belum berhasil meraih kemenangan dengan finish di P1 boleh disebut sebagai pembalap paling berpengaruh. Marc adalah penunggang Ducati terbaik karena dengan motor tahun lalu bisa bersaing di depan, menantang pembalap Ducati yang mengendarai motor dengan spek terbaru atau pabrikan.
Dalam klasemen sementara, Marc berada di posisi ketiga, mengalahkan Enea Bastianini dan Franco Morbidelli yang mengendarai GP 2024.
Marc Marquez menjadi pembalap yang paling konsisten karena mengumpulkan poin dari sesi sprint race dan main race.
Enea Bastianini yang kursinya di Ducati Lenovo terancam juga mulai bangkit. Bastianini mulai menunjukkan jati dirinya sebagai pembalap yang kencang ketika yang lain melemah. Dengan modal motor yang bagus, pembalap bergaya mesin diesel atau lama panas ini perlahan-lahan juga mulai menuai poin, berada dalam posisi keempat di klasemen sementara.
Superioritas Ducati ini memang mulai ditantang oleh pabrikan Eropa lainnya yakni Aprilia dan KTM. Bahkan dalam beberapa kesempatan motor KTM menunjukkan dirinya sebagai motor yang terkencang seperti sering ditunjukkan oleh Pedro Acosta, Brand Binder dan Raul Fernandez.
Pun juga dengan Aprilia yang sesekali berada di depan seperti yang ditunjukkan oleh Aleix Espargaro dan Maverick Vinalles.
Namun kedua pabrikan ini belum konsisten, mengancam tapi belum merebut kemenangan.
Dua pabrikan lainnya dari Jepang yakni Yamaha dan Honda seperti hanya menjadi pengembira. 2 motor Yamaha dan 4 motot Honda selalu keteteran. Tapi Honda yang paling menderita, selalu berada di posisi buncit.
Bahkan melawan pembalap yang jatuh dan kemudian bangkit lagi mengejar dari belakang, Honda masih terkejar.
Yamaha sedikit lebih baik dari Honda, namun belum cukup untuk bersaing memperebutkan podium. Kalaupun bisa meraih podium itu adalah keberuntungan karena banyak pembalap lain di depan berjatuhan.
BACA JUGA : Karya Jaya
Ngacir duluan menjadi kunci kemenangan.
Kesimpulan ini nampaknya senada dengan yang kerap diucapkan oleh Marc Marquez. Buat Marc start di depan adalah kunci untuk meraih kemenangan.
Dengan posisi start di grid depan, pembalap bisa langsung mem-push motornya agar melaju kencang tanpa halangan.
Dengan semua perlengkapan elektronik dan aero sekarang ini, pembalap terdepan akan memperoleh keuntungan karena bisa mengejar waktu tempuh tanpa halangan.
Pembalap yang berada di grid belakang akan tertahan karena harus menyalip pembalap di depannya yang tentu saja berupaya menghalangi kecepatan pembalap di belakangnya. Pembalap yang dibelakang akan sering memainkan rem sehingga bannya menjadi lebih banyak terkikis.
Dalam balapan jarak panjang atau main race, manajemen ban menjadi salah satu kunci. Jika ban habis dan belum bisa membuat jarak dengan pembalap di belakangnya maka akan mudah disalip menjelang lap-lap terakhir dan kemudian sulit untuk mengejar kembali.
Marc Marquez mampu 4 kali berturut-turut menunjukkan talenta besarnya ketika start di grid belakang namun bisa mengejar untuk kemudian meraih posisi P2 dan P3. Namun Marc menyebutnya sebagai keberuntungan yang sulit atau mustahil untuk terus berulang.
Bisa melakukan start bagus dari belakang memang untung-untungan. Dan langsung mem-push motor dari posisi belakang untuk segera mengejar barisan depan juga penuh resiko karena sering bersenggolan dengan pembalap lainnya.
Marc Marquez misalnya kehilangan winglet-nya saat mengejar pembalap barisan depan, menerobos tumpukan pembalap di bagian tengah.
Dan ketika keberuntungan itu hilang seperti di balapan seri Mugelo Italia, Marc yang start dari grid depan ternyata harus berjuang keras untuk mengejar 3 pembalap Ducati lainnya yakni Francesco Bagnaia, Jorge Martin dan Enea Bastianini.
Di seri Mugelo Italia, Marc meraih podium di P 2 dengan berbau keberuntungan karena Enea Bastianini jatuh. Dan Marquez berhasil mengejar Jorge Martin yang berada di posisi kedua. Marc kemudian beruntung karena perlawanan balik Jorge Martin terhenti akibat terjatuh.
Jorge yang disalip oleh Marc mungkin merasa mempunyai kecepatan dan ingin mengambil alih kembali posisi kedua dari Marc Marquez. Namun karena kurang tenang kemudian terjatuh saat melibas tikungan.
Marc melenggang kedepan, namun tak cukup kecepatan untuk mengejar Francesco Bagnaia yang tenang memimpin di depan sejak lap pertama.
Terlihat dengan jelas kecepatan motor Marc Marquez memang kalah dengan motor Francesco Bagnaia, jika tertinggal lebih dari 1 detik sudah sulit untuk mengejarnya. Jarak bisa terpangkas jika Pecco melakukan kesalahan, namun jika bisa membalap dengan konstan Pecco sulit untuk dikejar.
Terbukti dengan sisa beberapa lap, Marc berusaha mengejar dan satu kali bisa memangkas jarak sekitar setengah detik, namun pada lap berikutnya motor tak bisa di push lagi karena berbahaya, bisa terjatuh.
Dan tiga lap terakhir di sesi sprint race Mugelo, Pecco kembali membuat jarak dengan Marc Marquez hingga finish dengan selisih satu detik lebih.
Waktu, energi dan ban Marc Marquez sudah habis duluan untuk melewati Brad Binder serta Jorge Martin.
BACA JUGA : Branding Marketing
Dalam sesi balapan utama sebenarnya Jorge Martin, Enea Bastianini dan Marc Marquez punya keuntungan karena akan start dari grid depan, di depan Pecco. Pecco dalam balapan utama diberi pinalti sehingga turun 3 peringkat.
Namun saat balapan lagi-lagi Pecco melakukan start yang bagus sehingga langsung menyodok ke depan dan memimpin balapan. Setelah itu Pecco tak terkejar lagi. Marc yang merosot kebelakang berhasil memperbaiki posisi.
Dan kemudian balapan dipimpin oleh empat pembalap Ducati, Pecco, Martin, Enea dan Marc berurutan berada di barisan depan.
Balapan menjadi tidak seru, monoton karena empat pembalap di depan membuat jarak. Jorge Martin berusaha menyusul Pecco dan Marc berusaha menyusul Enea.
Setelah percobaan pertama gagal, dalam beberapa putaran kemudian Marc Marquez berhasil melewati Enea Bastianini. Namun Marc gagal menciptakan jarak sambil berupaya menyusul Jorge Martin.
Enea berhasil kembali mengambil posisi podium dari Marc Marquez bahkan kemudian makin melaju dengan berhasil menyusul Jorge Martin. Namun Enea tak punya waktu lagi menyusul Francesco Bagnaia yang nyaman berada di baris terdepan.
Dua Ducati yang memakai livery khusus yakni biru kemudian berhasil finish di podium pertama dan kedua. Dua pembalap pabrikan berada di depan, menegaskan supremasi Ducati atas motor-motor lainnya.
Pecco memang mempunyai mental juara, namun Enea Bastianini adalah bintang dalam balapan kali ini karena berhasil menahan serangan dan balik menyerang sehingga berhasil podium di posisi kedua untuk menyempurnakan kemenangan Pecco Bagnaia.
Pecco nampak semakin menegaskan diri sebagai pembalap yang tenang, tak mudah terkena tekanan.
Sementara Martin yang perkasa nampaknya mulai merasa tertekan karena ancaman dari Pecco, Bastianini dan terutama Marc Marquez.
Enea karena kehadiran Marc Marquez mulai kelihatan bangun dari tidur dan kembali memanfaatkan kelebihannya, menekan pada akhir-akhir balapan dan sukses.
Dan Marc kembali menjadi api pemanas Moto GP. Kehadirannya melecut pembalap lainnya tapi juga memberi tekanan hingga yang tak kuat bakal celaka.
Meski terus diperbincangkan akan mampu bersaing merebut gelar juara dunia namun Marc masih mengukur diri. Dia mengaku mungkin saja bisa merebut kemenangan di beberapa sirkuit namun sulit untuk meraih gelar juara dunia.
Marc tahu persis motornya belum cukup untuk menjadi penantang utama calon juara dunia. Kalau untuk merecoki dan sedikit membuat sakit kepala memang iya. Tapi siapa tahu Marc akan beruntung bukan karena motornya cepat melainkan pembalap lain kena mental sehingga bikin kesalahan dari balapan, kesalahan yang kemudian akan menguntung Marc Marquez untuk merebut tahta juara.