KESAH.IDSingkatan bertujuan menyederhanakan. Sesuatu menjadi lebih mudah diingat, dipahami dan dimengerti dengan disingkat saja. Kebiasan singkat menyingkat ini ada di mana-mana, apapun kerap disingkat. Hanya saja singkatan sering kali dipahami sebagai nama sehingga kerap kali orang tak tahu kalau itu adalah singkatan. Dalam banyak kasus, singkatan kemudian berhasil menjadi sebuah branding, atau identitas produk, merek, nama di mata publik. Singkatan pun kemudian menjadi top of mind dari sebuah identitas.

Salah satu kutipan yang populer berasal dari percakapan antara Romeo dan Juliet, sebuah naskah drama masterpiece karya William Shakespeare. Sering hanya dikutip “Apalah arti sebuah nama,” padahal kalimat aslinya adalah “What’s in a name? That’s which we call rose by other name would smell as sweet”

Ucapan “Apalah arti sebuah nama” kerap diartikan nama itu bukan apa-apa. Padahal dalam konteksnya bukan demikian maksudnya.

Faktanya, apalah arti sebuah nama muncul dari keputusasaan, tentang sebuah romansa yang tak mungkin terwujud karena perbedaan yang memunculkan permusuhan. Romeo dan Juliet berlatar dua suku yang saling bermusuhan, hingga kisah cinta mereka tak akan direstui oleh kedua keluarga.

Di balik nama memang ada sebuah identitas, itu yang melekat pada dirinya. Maka biar diganti namanya, tetap saja identitas itu tak akan hilang. Dan konteks seperti itu kemudian terlontar perkataan “Apalah arti sebuah nama? Toh, dinamakan apapun harumnya mawar tetap akan wangi tercium”

Bagaimanapun nama tetap punya makna dan kegunaan.

Bayangkan jika kita tak punya nama, maka kita akan memanggil semua orang dengan hey atau hoe dan semua akan menenggok.

Yang jelas fungsi utama nama adalah identitas.

Tapi dalam berbagai kebudayaan nama juga merupakan doa.

Orang tua yang menamakan anaknya Mulyono pasti ingin anaknya kelak menjadi orang yang bahagia sejahtera dan berada, mulyo dan ono.

Tak otomatis akan demikian, buktinya dari ribuan orang yang bernama mulyono tak sampai ratusan yang benar-benar bahagia sejahtera dan berada.

Tapi itulah makna doa walau bernada permohonan, doa tidak memaksa sehingga kerap dihayati sebagai pengharapan baik.

Bagaimanapun juga dibalik nama selalu ada intensi dari yang menamai kepada yang dinamai.

Dalam tradisi Kristen, mereka yang dibaptis akan selalu diberi nama baptis. Nama diambil dari nama-nama orang kudus, entah nama murid-murid Yesus atau para rasul atau nama-nama orang kudus, santo santa, beatus dan beata.

Dinamakan itu agar yang diberi nama mengambil teladan dari orang-orang itu.

Di Indonesia jarang orang Kristen menamakan anaknya dengan sebutan Yesus, mungkin terpengaruh oleh kebiasaan orang Jawa yang kerap menghindari memberi nama yang berat untuk anak-anaknya. Sebab orang Jawa punya keyakinan kalau anak yang keberatan nama bakal sering sakit-sakitan. Istilahnya kabotan jeneng.

Tapi tetap saja ada orang yang memakai nama itu, entah berapa banyak. Tapi saya mengenal satu orang, satu-satunya. Bukan hanya memakai nama Yesus tapi juga memborong nama bapak dan ibu Yesus.

Teman saya itu bernama Joseph Maria De Jesu. Dalam namanya ada keluarga kudus atau Sacra Familia.

Masyarakat muslim juga melakukan hal yang kurang lebih serupa. Anak-anak sering dinamai dengan nama rasul atau nabi, guru-guru atau tokoh agama perdana dan lain-lain.

BACA JUGA : Semua Digoyang

Nama memang kerap tidak sederhana. Kesederhanaan nama justru sering kita temukan dalam dunia kuliner. Makanan sering dinamai secara apa adanya, mewakili nama bahan atau proses pembuatannya atau cara menjajakannya.

Pernah ada jenis minuman es yang sangat terkenal. Namanya Es Doger. Ternyata Doger adalah singkatan dari dorong gerobak. Jadi Es Doger adalah es yang dijajakan keliling dengan gerobak yang didorong.

Nama yang sejenis Es Doger adalah Cuanki yang merupakan singkatan cari cuan jalan kaki.

Masih banyak jenis makanan dan minuman yang memakai nama singkatan. Sebut saja Batagor, makanan ini singkatan dari baso tahu goreng. Ada juga Basreng atau baso goreng.

Nama makanan yang populer adalah Ketoprak. Nama ini tidak merujuk pada seni pertunjukan rakyat yang populer di Jawa Tengah, melainkan pada bahan dan cara pembuatan. Ketoprak adalah singkatan dari ketupat toge digeprak.

Nama lain yang lucu adalah Perkedel yang berasal dari singkatan persatuan kentang dan telur.

Ini mirip makanan yang dulu populer di Jawa Tengah, yakni Gatot. Gatot adalah makanan yang dibuat dari gaplek atau singkong yang dijemur namun berjamur. Namun ketika dikukus, justru tekturnya kenyil-kenyil dan manis. Gatot adalah singkatan dari gagal total.

Nama lain yang keren adalah Jeniper, seperti nama orang atau gadis yang dalam bayangan banyak orang adalah cantik. Padahal Jeniper itu kecut karena singkatan dari jeruk nipis peras.

Singkatan memang sering random dan memakai nama yang sudah ada walau faktanya tak berhubungan. Seperti menu Internet yang ternyata singkatan dari indomie telur dan kornet.

Nada-nada nama berbau teknologi memang bisa ditemukan di beberapa jenis kuliner Nusantara. Seperti Putu yang ternyata singkatan dari pencari uang teknologi uap, atau Lotek yang konon berasal dari kata low tech.

Salah satu yang paling banyak menghasilkan nama dengan singkatan adalah makanan yang berbahan tepung kanji atau pati. Dari bahan ini lahir nama seperti Cireng atau aci goreng, Cilok atau aci colok, Cimol atau aci digemol, Cimin atau aci mini, Baci atau baso aci dan lain-lain.

Makanan yang dinamai dengan singkat menyingkat ini umumnya dijual oleh pedagang kaki lima dengan cara diedarkan atau mangkal di pinggir jalan. Namun lama kelamaan masuk juga ke kedai-kedai atau warung kekinian.

Yang jelas meski dibuat dari bahan sederhana dengan cara yang sederhana pula, aneka kuliner ini tetap menggugah selera.

Ya sederhana karena namanya tidak mengalami beautifikasi, apa adanya saja.

Namun bisa jadi kebiasaan membuat singkatan untuk menamai makanan ini terpengaruh oleh kebiasaan di jaman orde lama dan orde baru. Dua pemimpin orde itu suka sekali membuat aneka singkatan untuk kepentingan politik.

Namun singkatan yang dibuat oleh kedua pemimpin regim itu tidak sederhana, terlebih di jaman regim orde baru yang disebut singkatan tidak benar-benar singkat. Contohnya Ipoleksosbud hamkanrata.

BACA JUGA : Chat GPT

Beberapa tahun terakhir ini seiring dengan perkembangan dunia entrepreneurship dan ekonomi kreatif, urusan nama menjadi rumit karena munculnya banyak konsultan branding.

Namanya juga konsultan, biar kelihatan lebih meyakinkan sekedar memilih namapun bisa berpanjang-panjang. Nama dianggap segala-galanya sehingga mesti dipikirkan matang-matang, kalau perlu pakai FGD, pre test dan post test segala.

Padahal sama seperti Cireng, Cilok, Lotek, Cimol, Ketoprak dan lainnya, ada banyak merek atau produk yang brandingnya berhasil dengan nama berupa singkatan. Singkatan yang terkadang tak terduga atau malah berkesan random saja.

Pasti tak banyak yang tahu kalau Bimoli adalah singkatan dari Bitung Manado Oil Limited. Bimoli adalah merek produk consumer group utamanya minyak goreng. Nama sejenis Bimoli juga ditemukan dalam bidang industri gas. Ada sebuah perusahaan gas terkemuka bernama Samator. Asal tahu saja nama ini berasal dari Samarinda Toraja.

Yang suka produk susu dan olahannya pasti mengenal Cimory. Resto yang biasanya dilengkapi dengan taman wisata dan outlet untuk menjual berbagai macam produk berupa makanan, minuman dan merchandise ini sesungguhnya singkatan dari Cisarua Mountain Dairy.

Nama ini mewakili kerjasama pemilik usaha dengan para peternak sapi perah di daerah Cisarua.

Ada merek kue brownies yang sangat terkenal. Pendirinya bernama Ibu Sumi, namun produknya dinamakan Amanda. Sekilas seperti nama seorang gadis yang energik, namun ternyata nama Amanda adalah cita-cita dan harapan. Amanda adalah singkatan dari Anak Menantu Damai.

Bu Sumi berharap usaha yang dijalankan bersama anak dan menantunya akan damai, baik dan lancar atau berkelanjutan.

Dalam usaha perkakas atau barang teknik, kita juga mengenal nama Krisbow. Nama ini ternyata merupakan singkatan dari Krisnandi Wibowo, pendirinya. Mirip nama merek presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo yang disingkat menjadi Jokowi.

Sesungguhnya jaringan toko perkakas dan lifestyle IKEA juga merupakan singkatan. Nama IKEA adalah singkatan dari nama pendiri, yakni Ingvar Kamprad yang disingkat IK, lalu E berasal dari Eltamryd, nama sebuah peternakan tempat dia tumbuh dan A berasal dari Agunnaryd, tempat dimana peternakan itu berada.

Di Manado, Buccheri sebuah merek sepatu kerap diplesetkan menjadi Bule Cat Sendiri. Istilah yang mengambarkan sosok orang yang kemudian kebule-bulean karena rambutnya dicat warna pirang.

Tapi memang benar, Buccheri adalah singkatan dari nama tiga saudara kandung yakni Budi, Ediansyah dan Herri.

Nama yang merupakan singkatan juga ditemukan dalam dunia fashion, clothing atau pakaian jadi. Salah satu merek penyedia pakaian yakni Uniqlo dari Jepang ternyata juga merupakan sebuah singkatan. Uniqlo berasal dari Unique Clothing Warehouse.

Tapi nama produsen yang berasal dari singkatan dan agak-agak memaksa seperti halnya singkatan di jaman orla dan orba adalah Maspion. Menurut pendirinya Maspion merupakan singkatan dari Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional.

Maksa atau tidak, singkatan memang kerap terbukti mudah diingat dan menjadi top of mind.

Yang namanya Joko Widodo itu banyak, tapi yang menyingkat menjadi Jokowi hanya satu. Dan terbukti singkatan itu mampu menjadi brand yang kuat. Joko Widodo yang artinya orang muda yang sejahtera, berkuasa dan kaya, ketika menjadi Jokowi memang terbukti.

Jokowi jelas brand yang kuat, buktinya bisa memenangkan pasangan Prabowo dan Gibran. Soal sejahtera, berkuasa dan kaya jangan ditanya. Anaknya yang tak punya jabatan publik selain menjadi ketua partai non parlemen, kemana-mana naik pesawat pribadi.

note : sumber gambar – INDONESIADAILY