Entah apa yang ada di benak seseorang yang bersitegang dengan orang lain kemudian mengatakan orang yang berlainan pandangan itu sebagai orang yang pikniknya kurang jauh.
Lepas dari kesalahan berpikir atau logika dibaliknya ucapan “Piknikmu kurang jauh” menunjukkan piknik itu penting.
Pikiran bahwa piknik itu mesti jauh, ke luar kota, ke daerah lain adalah buah dari pengertian yang diajarkan saat kita masih sekolah dahulu. Piknik diartikan sebagai sebuah kegiatan pergi ke luar kota beramai-ramai, membawa bekal untuk menikmati keindahan atau tantangan.
Maka piknik menjadi sama dengan liburan, sebab kegiatan piknik butuh waktu yang dikhususkan karena jauh.
Tapi benarkah piknik selalu berkaitan dengan liburan, tantangan, jarak yang jauh, butuh ongkos dan waktu yang khusus?.
Ungkapan piknikmu kurang jauh kerap berkaitan dengan soal wawasan. Dan wawasan tidak ada hubungan dengan bepergian ke tempat-tempat yang jauh, ke daerah lain, ke negeri yang lain. Yang disebut piknik untuk membangun wawasan mestinya sederhana saja. Piknik itu disebut piknik jiwa, kita tak mesti harus pergi jauh-jauh, melainkan bisa dilakukan di rumah saja.
Piknik jiwa itu salah satunya adalah membaca buku, nonton film, olahraga atau bertemu dengan kerabat dan sahabat di rumah. Dengan membaca buku kita mendapat pengetahuan, dengan olahraga kita mendapat kesegaran, dengan menonton film kita mendapat hiburan dan bertemu dengan kerabat serta sahabat kita akan mendapat banyak kisah tentang pengalaman.
Menjadi jelas bahwa piknik tidak selalu tentang bepergian. Namun jika bepergian itu juga tidak selalu jauh dan butuh waktu lama. Banyak orang tidak mengakui bahwa bepergian jauh dalam waktu yang lama seringkali justru tidak menghasilkan kesegaran seperti yang diharapkan. Selain repot dalam perjalanan kerap kali justru muncul pertentangan dan masalah-masalah lainnya.
Piknik bisa dilakukan kapan saja dengan memanfaatkan waktu luang. Seperti mengekplorasi lingkungan kita. Berkendara dengan motor atau sepeda, menyusuri lorong atau gang di sekitar lingkungan kita tinggal yang belum pernah kita lewati. Selain membuat kita mengenal lingkungan siapa tahu juga dapat kenalan dan sahabat baru.
Jadi ingat tujuan dari piknik itu adalah melakukan jeda pada rutinitas harian agar kemudian memperoleh energi baru, menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman, meningkatkan pencapaian terutama untuk piknik yang bernuansa tantangan dan mengeratkan atau menyegarkan hubungan dengan orang-orang terdekat.
Hanya saja kerap kali kita lupa akan hal itu sehingga tujuan piknik adalah dokumentasi, kita justru menyibukkan diri dengan memotret-motret atau selfi, mengupload ke media sosial dan menunggu like, comment dan share.
Adalah tidak salah mengabadikan tempat-tempat yang kita datangi, namun itu tak harus menjadi fokus. Ada banyak hal indah yang mestinya kita simpan dalam hati, dalam memori agar menjadi kenangan serta pengalaman yang dalam bukan kenangan yang nanti diingatkan oleh facebook, instagram, youtube, twitter dan lainnya.
Piknik itu asyiknya memang ramai-ramai, tapi bepergian sendiri tak harus membuat kita berkecil hati. Sesekali piknik sendirian tidak ada salahnya dan itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa kita tak punya teman. Toh, kita kerap kali memang harus bepergian sendirian entah karena tugas atau undangan. Memanfaatkan waktu disela-sela itu untuk piknik adalah gagasan yang baik. Bepergian sendiri baik untuk memberi waktu pada diri kita sendiri, menikmati apa yang kita sukai, memanjakan diri termasuk berefleksi untuk memperoleh energi, strategi dan visi baru dalam hidup.
Dan terakhir yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan piknik yang melahirkan rasa kecewa. Kemudahan untuk membagikan momen piknik atau liburan di media sosial membuat jagad media sosial dipenuhi oleh berbagai ‘rekomandasi’ tempat-tempat piknik yang seolah-olah menyegarkan jiwa dan raga.
Padahal gambar atau video indah dan ekpresi gembira dari mereka yang ada disana tidak dengan sendirinya mengambarkan kenyataan keseluruhan dari tempat itu. Apa yang diposting di media sosial adalah secuil pengalaman yang kadang berisi kepalsuan.
Jadi jika merasa perlu piknik, pahami dulu apa tujuan atau kebutuhan kita untuk piknik. Jangan menyerahkan selera atau kebutuhan hanya pada apa yang sedang viral. Cari tahu dengan dalam tempat-tempat-tempat yang ingin kita tuju, bukan hanya dari foto-foto selfie atau wefie yang ada di media sosial. Menyerahkan selera hanya pada apa yang ada di media sosial artinya bersiap-siap menghadapi kenyataan bahwa setelah piknik kita justru akan menuai bad mood. Itu jelas nggak lucu apalagi jika piknikmu jauh.
kredit foto : Chen Mizrach – unsplash.com