KESAH.ID – Yang disebut kekal bukan berarti tak bisa mati. Kekal artinya bisa hidup terus selama mungkin sepanjang tidak dibunuh, terbunuh atau mati karena serangan penyakit yang mematikan. Sains dan teknologi telah berjasa besar memperpanjang umur manusia, memperbaiki kualitas biologis manusia, namun belum mampu mengatasi penuaan {aging} biologis secara holistik.
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Begitulah Chairil Anwar, Sang Binatang Jalang menutup puisi legendarisnya yang berjudul Aku.
Puisi pujangga angkatan 45 ini berkisah tentang seseorang yang akan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Walau menulis ingin hidup seribu tahun lagi ternyata hidup dan karir Chairil Anwar sebagai sastrawan terbilang pendek. Chairil meninggal dalam usia 27 tahun, 7 tahun setelah menerbitkan puisi pertamanya yang berjudul Nisan.
Keinginan untuk hidup lebih lama merupakan cerminan dari kesadaran bahwa hidup itu pendek. Orang Jawa kerap mengatakan ‘Urip iku sadermo mampir ngombe’, hidup itu hanya sekedar singgah minum.
Kesadaran akan hidup yang singkat membuat hidup harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Nikmatilah dan perlakukan hari ini seolah merupakan hari terakhir agar tak timbul sesal. Hidup atau kenyataan hidup adalah hari ini, bukan kemarin atau besok.
65 tahun sebelum masehi, dimasa pemerintahan Kaisar Agustus, Quintus Horatius Flaccus seorang penyair menulis sebuah ode, puisi yang dapat dinyanyikan yang didalamnya memuat frasa ‘Carpe Diem’.
Kalimat lengkapnya ‘carpe diem, quam minimun credula postero’, petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok.
Maknanya adalah orang dianjurkan untuk hidup dengan memanfaatkan hari ini secara optimal, tidak menunda-nunda untuk melakukan sesuatu hingga hari esok. Dengan begitu hari ini, waktu yang diberikan untuk hidup mesti dioptimalkan.
Hidup yang sesungguhnya adalah hari ini, saat ini. Kemarin adalah hari lampau dan esok penuh ketidakpastian.
Esok menjadi tidak pasti karena hidup selalu berhadapan dengan kematian. Sedangkan kematian sendiri walau merupakan kepastian yang paling pasti dari hidup namun merupakan misteri.
Misteri karena tidak ada yang tahu kapan, dimana dan bagaimana kematian akan datang.
Hidup di dunia yang punya batas itu kemudian secara religius dan moral dicari jalan keluarnya. Kematian di dunia adalah kematian fisik, namun roh tetap hidup. Ada kehidupan setelah kematian, kehidupan abadi di akhirat.
Hidup yang sesungguhnya justru ada pada roh. Hidup dalam keabadian yang sempurna hanya bisa dicapai apabila selama hidup didunia dijalani dengan baik dan penuh kebaikan.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Peribahasa atau pepatah ini juga berkaitan dengan keabadian. Kematian tidak disangkal, namun kematian tak membuat seseorang sirna. Seseorang akan hidup abadi karena terus dikenang, diceritakan oleh generasinya kepada generasi lainnya.
Siapapun yang selama hidupnya di dunia berbuat baik, akan selalu dikenang namanya, menjadi inspirasi, motivasi dan teladan untuk generasi-generasi sesudahnya.
BACA JUGA : Edward Pilih Wanita Daripada Tahta Jadilah Lilibet Ratu Hingga 70 Tahun Lamanya
Li Ching Yuen, pria asal Tiongkok dicatat sebagai manusia dengan umur paling panjang. Meninggal dunia di tahun 1933, konon usianya mencapai 256 tahun.
Namun datanya tak terkonfirmasi, maka pria yang hidup di pegunungan dan menekuni meditasi, pernafasan serta mempelajari dan menjual jamu-jamuan tidak dipakai sebagai patokan oleh para ahli gerontologi. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek penuaan baik dari segi fisik, mental, sosial dan kaitannya dengan teknologi.
Guinness World Records mencatat beberapa orang yang berusia panjang. Salah satunya yang terkonfirmasi adalah Kane Tanaka yang meninggal dalam usia 119 tahun.
Perempuan Jepang ini hidup melewati masa 4 kekaisaran sepanjang sejarah modern Jepang paska tahun 1867. Tanaka hidup di era Meiji, Taiso, Showa dan Heisei.
Jepang mulai mendokumentasikan jumlah orang lanjut usia diatas seratus tahun sejak 1963.
Hingga kemudian di tahun 2020, jumlah lansia yang berumur seratus tahun lebih telah melampaui angka 80.000 orang.
Dari jumlah itu 80 persen diantaranya adalah perempuan.
Angka harapan hidup perempuan Jepang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Rerata perempuan Jepang hidup sampai umur 87,45 tahun sedangkan laki-lakinya sampai 81,41 tahun.
Negara-negara lain dengan angka pertumbuhan penduduk yang rendah sehingga mempunyai banyak penduduk yang usianya tua adalah Jerman, Yunani, Portugal, Finlandia dan Italia.
Sebagai negara dengan angka harapan hidup tertinggi, Jepang diperkirakan pada tahun 2030 nanti sepertiga dari jumlah penduduknya adalah masyarakat berusia lanjut.
Indonesia sendiri lima tahun setelah kemerdekaan angka harapan hidupnya adalah 40 tahun. namun dari tahun 1950 hingga tahun 2022, angka harapan hidup warga Indonesia naik sebanyak 82 persen.
Kini angka harapan hidup rata-rata di Indonesia sekitar 72 tahun.
Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan usia harapan hidup. Namun yang paling utama adalah teknologi kesehatan terutama obat-obatan dan vaksin. Contoh yang paling populer adalah malaria.
Pada masa awal kemerdekaan hingga awal orde baru, malaria adalah musuh nomor satu. Namun kini amat jarang terdengar lagi serangan parasit yang mematikan itu.
Sebelum intervensi yang kuar terhadap kesehatan ibu dan anak di jaman orde baru, harapan hidup perempuan di Indonesia terbilang rendah.
Banyak perempuan meninggal sewaktu hamil atau saat melakukan persalinan. Dengan sistem dan layanan kesehatan yang semakin baik, kini terbukti justru perempuan lebih mempunyai angka harapan hidup yang tinggi ketimbang laki-laki.
Penyakit jantung misalnya lebih menyerang laki-laki mulai usia produktif ketimbang perempuan. Resiko serangan jantung pada perempuan lebih rendah karena serangan jantung umumnya menyerang perempuan yang memasuki masa menopause. Sementara pada laki-laki, serangan jantung bahkan sudah mulai menyerang mereka yang berusia 30 an tahun.
Dengan jumlah penduduk yang besar lebih dari 270 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk dengan usia lanjut menjadi tantangan tersendiri.
Usia lanjut yang tidak dibarengi dengan kualitas kesehatan yang baik akan menjadi persoalan tersendiri. Tua dan sakit-sakitan akan menjadi beban, baik bagi keluarga, masyarakat maupun negara.
Panjang umur akan menjadi bermasalah jika tidak disertai dengan kesejahteraan dan kesehatan.
Maka penting ketika mengucapkan selamat ulang tahun jangan hanya menekankan pada selamat bertambah usia dan panjang umur, melainkan juga mesti didoakan agar tetap sehat dan sejahtera sehingga menjadi lansia yang bahagia.
Bayangkan bisa berumur lewat 100 tahun tapi sejak umur 50 atau 60 sudah tidak bisa apa-apa, duduk di kursi roda atau tergolek di ranjang, selalu tergantung pada orang lain. Rasanya, Chairil Anwar pasti akan mengkoreksi baik puisinya.
BACA JUGA : Green Revolution, Revolusi Pertanian Keempat Yang Membuat Indonesia Dimanja Oleh Padi
Obsesi untuk hidup selama mungkin bukan hanya milik Chairil Anwar.
Jauh di masa sebelumnya, berbagai macam kebudayaan telah mempunyai kisah-kisah untuk mengapai kehidupan abadi.
Cerita tentang ‘tuhan tuhan’ Romawi, Indian , Mesir dan lainnya yang immortal menunjukkan adanya obsesi tentang bagaimana caranya menggapai keabadian.
Agama-agama yang lahir dari keturunan Abraham, juga mempunyai obsesi tentang keabadiannya sendiri. Mereka menerima tidak ada keabadian di dunia, keabadian atau kekal hanya ada di akhirat, hidup abadi akan mewujud dalam kehidupan roh.
Dunia adalah fana. Hidup di dunia sementara saja dan digunakan sebaik mungkin agar bisa hidup kekal dalam kebahagiaan atau masuk surga, bukan kekal dalam sengsara di neraka.
Dunia sains pun berkutat dengan obsesi ini, walau mengartikan yang abadi bukan berarti tak bisa mati.
Yang mau diupayakan adalah hidup selama mungkin.
Dan temuan obat-obatan, suplemen, vaksin dan lainnya terbukti mampu memperpanjang hidup manusia. Fasilitas dan teknologi kesehatan memungkinan manusia meningkatkan kualitas hidupnya sehingga harapan hidupnya semakin meningkat.
Perkembangan sains kemudian memasuki wilayah yang lebih dalam, ketika ditemukan berbagai teknologi yang memungkinkan ilmuwan melakukan pemetaan genetik, harapan untuk memperpanjang umur manusia semakin terbuka.
Ilmuwan bisa melakukan editing genetik yang memungkinkan lahirnya manusia-manusia unggul, manusia yang tidak mempunyai penyakit bawaan, lebih kebal pada penyakit tertentu dan lain sebagainya.
Gerbang yang membuka obsesi manusia untuk mengejar keabadian secara fisik semakin terbuka ketika para ilmuwan bisa ‘melahirkan’ domba yang dinamai Dolly. Tahun 1995, ilmuwan berhasil melakukan kloning dan Dolly sebagai hasil kloning ternyata kondisinya sama persis dengan ibunya.
Hanya saja hasil kloningnya tidak berumur panjang, karena meski baru lahir Dolly ternyata sudah mengalami penyakit degeneratif. Fisik Dolly sama tuanya dengan induknya.
Bagaimana hasil kloning kemudian lahir sebagaimana tubuh bayi kemudian yang menjadi tantangan. Dan percobaan dengan tikus sudah berhasil membuat hasil kloningnya bisa berkali lipat umurnya.
Rahasia bagaimana memperlambat penuan, atau sel yang diperbaharui kemudian kembali muda masih terus digeluti oleh para peneliti.
Namun setelah tahun 2000-an, perhatian para peneliti bukan hanya pada keabadian fisik melainkan keabadian pikiran. Penelitian diarahkan untuk menjaga otak atau memori tetap hidup meski tubuhnya mati.
Para ahli berpendapat keabadian pikiran lebih mungkin untuk dipecahkan dalam waktu yang lebih pendek ketimbang keabadian fisik.
Keabadian pikiran sudah didepan mata, Elon Mask misalnya mendirikan perusahaan yang dinamakan Neural Link yang mengkhususkan untuk menemukan dan mengimplementasikan hal ini.
Sederhananya yang disebut keabadian pikiran adalah memori yang ada dalam otak manusia bisa disimpan {diupload} dan kemudian bisa diakses lagi {didownload}.
Jika dikombinasikan dengan teknologi kloning, maka akan bisa ada seseorang yang sama persis bukan hanya fisik tetapi juga isi memori otaknya. Seseorang yang mati bisa dihidupkan lagi, tubuhnya bisa dikloning lalu otaknya diisi dengan memori yang sebelumnya sudah disimpan di cloud.
Otak adalah pusat kesadaran dan jika kesadaran itu bisa dipertahankan dalam sebuah sistem komputasi, maka secara teoritis seseorang akan merasa ada walau tidak bertubuh.
Maka yang disebut dengan keabadian dalam dunia teknologi akan senada dengan keabadian dalam dunia religi. Hanya saja roh dalam dunia teknologi yang berupa kode atau data dari memori otak yang sudah tersimpan dalam cloud bisa diakses kembali dan memungkinkan untuk diedit.
Sedangkan roh yang diakhirat tidak lagi bisa diakses dan tidak bisa didownload lagi. Kalau roh itu kemudian kembali ke bumi dan masuk dalam tubuh seseorang maka akan disebut sebagai kerasukan, masuk sebagai kesadaran yang lain.
note : sumber gambar – DIALEKTIS.CO