KESAH.ID – Wisata air menjadi salah satu usaha yang paling berkembang. Namun dibalik pesona air selalu ada resiko yang tinggi jika penyelenggara usaha wisata tidak mempunyai standar yang tinggi untuk memastikan keamanan dan keselamatan pengunjung terutama saat beraktivitas dalam air. Trend wisata di bekas lubang tambang mestinya disikapi oleh para pihak yang berkepentingan untuk segera menetapkan standar dan ketentuan yang mesti dipenuhi dan dipatuhi oleh para penyelenggara usaha wisata air.
Mahakam memang mempesona, siapapun yang pertama melihatnya pasti terpana dengan panjang dan lebarnya.
Sayapun ketika pertama kali datang ke Kota Samarinda dan melintasi jembatan diatasnya sempat membatin “Ini sungai apa laut?”. Karena airnya seperti tanpa batas.
Daya tarik Mahakam memang pada airnya. Dipercaya barangsiapa datang dan meminum airnya akan kembali lagi.
Tuah air Sungai Mahakam ini menjadi salah satu mitos populer di Kota Samarinda. Maknanya siapa yang berkunjung ke wilayah Kaltim dan meminum air Sungai Mahakam maka dipastikan kelak akan kembali lagi. Air Sungai Mahakam akan kembali memanggilnya.
Apakah benar begitu?. Tentu saja adagium atau ungkapan itu tak bisa ditafsir secara harafiah. Bahkan sekarang kalau ada yang datang lalu meminum air Sungai Mahakam (secara langsung) malah bakal kapok, atau bisa jadi justru langsung kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa.
Mitos tentang tuah air Mahakam adalah keyakinan bahwa air akan selalu memanggil orang untuk datang.
Daya tarik air memang sulit untuk ditolak. Diungkapkan lewat berbagai mitos. Air kemudian disakralisasi, juga mengalami mistifikasi.
Tumbuh berbagai macam keyakinan atau kepercayaan pada air yang terus bertahan hingga saat ini.
Ada banyak sungai besar yang kemudian menjadi sungai suci untuk masyarakat dan kelompok religius tertentu.
Di India, Sungai Gangga dianggap oleh masyarakat Hindu disana sebagai sungai suci. Sungai yang menjadi jalan ke surga karena airnya akan mensucikan dari dosa dan karma.
Dalam tradisi Yudhaisme dan Kristianisme, Sungai Yordan juga menduduki peran penting.
Sungai ini merupakan tempat melintas bagi bangsa Israel menuju tanah terjanji. Dan di sungai ini Yesus dibaptis oleh Yohannes Pembaptis.
Seperti air Sungai Gangga, air Sungai Yordan juga dimaknai sebagai air pensucian.
Dalam khasanah budaya Nusantara, air sungai juga dikenali sebagai air yang suci, air yang menghidupkan. Air sungai kemudian kerap disebut sebagai Banyu Urip, Tirta Kencana, Tirta Amerta dan lain-lain.
Pun demikian dengan Sungai Mahakam. Sejarah kebudayaan Kaltim menempatkan Sungai Mahakam dalam posisi sentral.
Di alir sungai Mahakam ini selain tumbuh permukiman, pusat pemerintahan pun muncul dari tepiannya. Kerajaan perdana dan kerajaan besar berada di sisi sungai Mahakam. Yakni Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman dan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang bermula.dari Jaitan Layar, pindah ke Jembayan lalu berakhir di Tangga Arung.
Menjadi urat nadi kehidupan sejak jaman sebelum kerajaan, jaman kerajaan hingga jaman republik sekarang ini, pesona Sungai Mahakam tidak habis. Airnya masih tetap memanggil.
Tepiannya selalu ramai, dikunjungi orang kala sore hingga lewat tengah malam. Pemandangan tepi sungai atau river side view selalu menarik bagi orang untuk menghabiskan waktu.
Tak mengherankan jika kemudian banyak pihak berebut untuk mengokupasi wilayah tepian sungai demi kepentingan ekonomi.
Dan terbukti taman hiburan, hotel dan mall yang kini ramai di Kota Samarinda, semuanya berada di tepian aliran Sungai Mahakam. Atau menjual pemandangan ke arah Sungai Mahakam.
BACA JUGA : Mimpi Pak Presiden SBY
Fakta bahwa air selalu mempunyai magnet atau daya tarik dengan mudah ditemukan pada anak-anak.
Tidak perlu air sungai yang jernih, danau yang biru.dan lainnya. Air apapun selalu menarik anak-anak dan memanggilnya untuk bermain.
Hujan misalnya akan membuat anak-anak berhambur keluar mandi dan bermain air hujan Anak-anak tak ragu menceburkan diri dalam got kala airnya penuh atau bergulingan di jalanan yang tergenang air.
Seakan dalam diri anak-anak ada alarm yang akan menyala begitu melihat air yang berlimpah.
Hanya sedikit anak-anak yang emoh air. Maka Taman Air atau Water Boom dan sejenisnya selalu dipenuhi anak-anak. Tinggal orang tuanya saja yang sering jenggah karena anak-anaknya ogah mentas dari air walau bibirnya mulai membiru karena kedinginan.
Karena alarm ketertarikan pada air yang sangat besar maka anak-anak sering tak peduli pada bahaya yang mengintai dibalik daya tarik air.
Di Kalimantan Timur kisah tentang anak-anak yang tenggelam di lubang bekas tambang mulai bergema sejak dari tahun 2011.
Pada bulan Juli tahun itu, 3 bocah Samarinda tewas tenggelam di lubang bekas tambang yang berada di Kelurahan Sambutan.
Untuk mengevaluasi jenasah salah satu anak mesti dikerahkan alat berat. Jasadnya terbenam dalam lumpur di dasar kolam bekas lubang tambang itu.
Mereka bermain ke lubang tambang karena sekolah libur. Dan bahaya lubang bekas tambang itu tak disadari oleh anak-anak.
Tak ada pula yang mengingatkan mereka karena lubang dibiarkan tanpa penjaga dan papan peringatan bahaya.
Dalam catatan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim selama tahun 2011 ada 9 anak yang tenggelam di lubang tambang.
Hingga tahun 2023 kejadian itu berulang. Tercatat kurang lebih 44 jiwa melayang di lubang bekas tambang yang ada di Samarinda, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara dan Paser. Sebagian besar korbannya adalah anak-anak remaja. Hanya sekitar 7 orang yang berusia dewasa.
Beberapa lubang bekas tambang tempat anak-anak tenggelam telah akrab dengan masyarakat disekitarnya. Kolam bekas lubang tambang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, ada yang jadi sumber air untuk MCK, ada juga yang memanfaatkan airnya untuk pertanian. Selain itu ada yang dimanfaatkan sebagai tempat memancing karena ada ikan yang hidup didalamnya.
Kecenderungan lain, lubang-lubang bekas tambang yang dibiarkan itu lama kelamaan sering menjadi tempat piknik. Destinasi yang berkembang secara organik. Daya tariknya ditularkan lewat mulut ke mulut pada kelompok tertentu.
Karena airnya yang biru dan tenang kemudian muncul sebutan Danau Biru, Danau Derawan dan lainnya.
Pada setiap masa selalu ada ‘danau’ bekas lubang tambang yang menjadi tempat piknik favorit anak-anak remaja dan muda.
Jika hanya menjadi arena pandang, dinikmati dari kejauhan mungkin tak ada masalah. Namun air lubang bekas tambang yang sekilas jernih, berwarna kebiruan dan tenang selalu menggoda anak-anak untuk menceburkan diri ke dalamnya.
Disitulah resiko besar muncul. Lokasi yang tanpa pengawasan, anak-anak yang tak kenal medan dan karakter lubang tambang kemudian menjadi kurban.
Dan kurban terus berjatuhan dari tahun ke tahun. Kematian puluhan anak-anak di lubang bekas tambang tidak menjadi pembelajaran bagi para pihak untuk meningkatkan pengawasan pada bekas lubang tambang.
BACA JUGA : Dilarang Mengutuk Sungai
Seiring dengan peningkatan trend wisata luar ruangan setelah pandemi Covid 19, pengusaha pariwisata mulai banyak melirik lubang bekas tambang untuk dijadikan lokasi daya tarik wisata.
Area lubang bekas tambang kemudian disulap menjadi destinasi wisata.
Beberapa tempat kemudian menjadi viral. Dikunjungi oleh kreator konten, videonya menghiasi berbagai channel media sosial.
Salah satu yang paling viral adalah Danau Danurdana yang terletak di Desa Perjiwa.
Usaha wisata yang dilabeli sebagai wisata alam air ini terbilang berani dibandingkan dengan usaha wisata sejenis yang ada desa tetangga maupun wilayah lainnya.
Di Danau Danurdana pengunjung bisa beraktivitas di dalam air danau yang kedalaman dan luasnya lebih dalam serta besar daripada kolam renang.
Daya tarik yang dijual oleh usaha wisata ini bukan hanya pemandangan danau dan alam sekitarnya melainkan interaksi pengunjung dengan air baik memakai wahana atau berenang layaknya kolam renang.
Dari sisi resiko jelas wisata di Danau Danurdana merupakan jenis wisata berisiko tinggi.
Dan ketika sedang viral-viralnya lokasi ini kemudian memakan korban. Seorang bocah berumur 11 tenggelam dan jasadnya ditemukan di dasar kolam bekas tambang pada kedalaman 7 meter.
Kejadian ini menunjukkan pihak pengelola tidak mempunyai standar atau ketentuan keamanan baku. Dimana dalam wisata air dengan resiko tinggi, pengelola mesti mempunyai petugas pengawas. Yang bukan hanya punya kemampuan melakukan pertolongan tetapi juga aktif melakukan peringatan kepada pengunjung agar memperhatikan keselamatan diri dalam beraktivitas di dalam air.
Dengan konsep impact to be property, tak akan bisa dihindari munculnya trend menjadikan lubang bekas tambang sebagai destinasi wisata.
Kolam yang telah dibiarkan bertahun-tahun sebagian sudah mirip danau alam. Sedimen yang tersuspensi dalam airnya sudah mulai mengendap sehingga airnya nampak mempesona.
Ada anggapan dengan menjadikannya sebagai lokasi wisata maka persoalan lubang yang didiamkan menjadi teratasi.
Namun tanpa perencanaan yang kuat, ketentuan atau standard yang ketat, mengoperasikan bekas lubang tambang menjadi lokasi wisata akan menjadi persoalan baru.
Dari berbagai pemberitaan, usaha wisata Danau Danurdana ternyata tidak mempunyai izin dari pihak yang berwenang.
Operasi usaha wisata ini sepenuhnya berdasarkan niat dari pengelolanya.
Dengan tiadanya izin dan koordinasi serta pembinaan dari yang berwenang maka status lahan (lubang/kolam tambang) menjadi belum jelas.
Apakah lubang bekas tambang itu sudah diserahterimakan kepada pemerintah selalu pemberi izin usaha pertambangan atau masih dalam lingkup tanggungjawab perusahaan pemegang IUP.
Jika masih berada dalam tanggungjawab pemegang IUP apakah perusahaan sudah menjalankan prosedur pemulihan lingkungan atau kegiatan paska tambang.
Jika belum, lubang tambang yang kemudian dijadikan lokasi wisata akan menjadi alasan pembenar bagi perusahaan pemegang IUP untuk tidak menjalankan kewajibannya.
Dengan demikian lingkaran setan persoalan lubang bekas tambang yang jumlahnya ribuan bakal terus menjadi persoalan besar di Kalimantan Timur.
Meski ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif sedang menjadi prioritas bagi pemerintah tak berarti standar atau ketentuan untuk mengusahakan bekas lubang tambang menjadi daya tarik wisata dipermudah atau dibiarkan tanpa pengawasan yang ketat dari yang berwenang.
Tanpa perhitungan keselamatan yang kuat, standard atau prosedur keamanan untuk pengunjung yang memadai dan ketersediaan sumberdaya yang cukup untuk memastikan keselamatan atau keamanan pengunjung seharusnya pengoperasian usaha pariwisata di bekas lubang tambang dilarang.
Jika tidak maka lokasi wisata yang seharusnya meninggalkan kenangan indah justru akan meninggalkan ingatan pahit dan luka yang kelam bagi keluarga, sahabat dan kawan terdekat dari mereka kehilangan nyawa karena celaka saat berwisata di danau bekas lubang tambang.
Air memang selalu memanggil. Namun siapapun yang mengembangkan jasa wisata dengan menjadikan air sebagai daya tariknya mesti menyadari dibalik pesona air selalu ada bahaya yang membuat seseorang bisa kehilangan nyawanya.
note : sumber gambar – BBC.COM