KESAH.IDWalau belum meraih kemenangan dalam seri balapan Moto GP 2024, Marc Marquez tetap menunjukkan kedigdayaannya sebagai pembalap terbesar di lintasan. Namanya terus mengelora sejak seri pertama, tak goyah oleh kedatangan Pedro Acosta, rookie yang istimewa. Dianggap tampil konsisten, Marc Marquez kemudian dikontrak oleh tim pabrikan Ducati menyingkirkan Enea Bastianini dan Jorge Martin. Tanpa mahkota, Marc Marquez menguncang Moto GP yang merayakan HUT ke 75 balapan paling bergengsi di dunia.

Marc Marquez memang gak ada obat. Suka atau tak suka Marc Marquez membuktikan diri sebagai yang terkuat dalam industri balap Moto GP. Saking kuatnya hingga kemudian banyak yang menyangkal, tak sudi mengakui.

Bayangkan, Marc adalah pembalap Moto GP yang paling dibenci di Italia karena kontroversinya dengan Valentino Rossi. Tapi Marc Marquez justru menjadikan Ducati, motor kebanggaan Italia menjadi tunggangannya agar kembali kompetitif.

Meninggalkan Honda yang memberinya segalanya, kecuali gelar di beberapa tahun terakhir. Marc meninggalkan segala-galanya untuk bisa menaiki Ducati walau harus melalui tim satelit.

Pedrosa, mantan rekan Marquez di Honda sampai menyebut Marc Marquez memang tak punya hati. Ini bukan soal baik atau buruk, melainkan tentang Marc yang berani meninggalkan segala untuk meraih tujuan.

Dari Honda ke Gresini, Marc bukan hanya meninggalkan kontrak dengan nilai besar tapi juga orang-orang yang selama ini menyertainya. Semua ditinggalkan oleh Marc Marquez begitu saja. Tak banyak pembalap yang sanggup melakukan itu. Umumnya ketika pindah tim, sebagian anggota tim lamanya dibawa serta. Marc Marquez tidak demikian.

Dan yang paham kelakuan Marc Marquez tahu kalau kepindahannya ke Gresini adalah menjadikan tim satelit Ducati ini sebagai sasaran antara sebelum dirinya menunggangi Ducati di tim pabrikan.

Ajaibnya pabrikan Ducati terpana dan tak bisa menolak pesona Marc Marquez hingga menyingkirkan semua resiko termasuk dibenci oleh masyarakat Italia sendiri.

Ducati yang kelebihan pembalap terbaik ternyata memilih Marc Marquez menjadi tandem Francesco Bagnaia untuk tahun 2025 dan 2026 nanti.

Pilihan Ducati pada Marc Marquez sebagai pembalap utamanya merombak berbagai skenario dalam tim yang mengaspal di Moto GP. Pergerakan pembalap menjadi tidak terduga dari sebelumnya.

Pedrosa mengingatkan hal itu adalah kemampuan Marc Marquez yang tidak dimiliki oleh pembalap lainnya, pembalap yang bahkan sudah masuk dalam daftar para legenda balap.

Soal uang yang tadinya membuat banyak orang berpikir Marc Marquez tidak akan bergabung di Ducati pabrikan. Ada halangan besar soal sponsor pribadi Marc Marquez yang head to head dengan sponsor Ducati.

Lagi-lagi Pedrosa benar, Marc jika sudah punya keinginan maka tak segan menanggalkan semua yang menghalangi. Termasuk sponsor atau bayaran yang mungkin akan hilang. Marc sepertinya tak menyesal jika Repsol, Redbull dan lainnya hilang dari motor, baju, topi dan helmnya.

Totalitas, begitu kata Matteo Guerinoni, mantan pembalap yang kini berduet dengan Satar di chanel MSGP. Soal totalitas Marc Marquez memang tiada duanya walau kerap membuat dirinya celaka. Salah satu contohnya, ketika jatuh Marc Marquez selalu berusaha tetap memegang stang motornya agar bisa segera bangkit dan melaju di lintasan kembali.

Saat motornya oleng, Marc juga berupaya keras untuk mengendalikan motornya agar stabil kembali. Walau terkadang justru membuat dirinya terlempar ke udara karena motornya mengalami highside.

Urusan di lintasan, Marc Marquez memang bisa dijadikan contoh sebagai pembalap yang pantang menyerah meski terbanting di aspal.

Marc memang penghancur, begitu kata Pedrosa. Jadi siapapun akan dilawan untuk mencapai tujuannya. Dan terbukti, Ducati pun dihancurkan oleh Marc Marquez, rencana yang telah disusun oleh Ducati tahun depan berantakan gara-gara Marc Marquez.

BACA JUGA : Kai Biden

Balapan memang telah mandarah daging dalam diri Marc Marquez. Di setiap lintasan walau hanya untuk senang-senang, Marc selalu ingin menang atau berusaha sekuat mungkin untuk menduduki posisi yang paling dimungkinkan.

Dalam Ducati Race Week, ajang senang-senang Ducati dengan para pengemarnya Marc Marquez pun bikin ulah. Dalam balapan hiburan yang menurunkan semua pembalap Ducati di Moto GP dan WSBK itu Marc Marquez memacu motornya gila-gilaan di lap akhir, hingga di tikungan terakhir menyodok Nicolo Bulega hingga terlempar di lintasan.

Marc yang sepanjang balapan sulit untuk berada di posisi depan, ngotot pada beberapa lap terakhir untuk mengejar posisi podium ketiga. Akhirnya Marc memang berhasil dengan cara membuat Nicolo Bulega, pembalap tim satelit Ducati di WSBK crash pada tikungan terakhir.

Sesaat setelah balapan Marc ditanya apakah bersenggolan dengan Bulega, dia menjawab tidak merasa ada sentuhan.

Bulega juga bungkam soal itu.

Namun kemudian muncul sebuah video rekaman yang mungkin diambil oleh salah satu penonton. Dalam video itu jelas terlihat Marc Marquez yang cukup berjarak dengan Bulega ngotot untuk mengejar.

Pada tikungan terakhir sebelum finis, Marc berhasil memangkas jarak dengan pengereman yang sangat lambat dan mengambil sisi dalam.

Resiko pengereman yang sangat lambat akan membuat racing line melebar. Marc terlihat menyenggol dengan keras Bulega hingga membuat motornya terpelanting keluar dari lintasan.

Banyak yang menyayangkan aksi Marc Marquez ini karena balapan antar sesama penunggang Ducati itu bukan merupakan sebuah kejuaraan. Tapi balapan untuk bersenang-senang ini bagi Marquez tetap merupakan sebuah ajang unjuk diri.

Atau mungkin juga dianggap sebagai pemanasan setelah hampir sebulan Moto GP beristirahat paruh musim. Setelah balapan Ducati Race Week, para pembalap memang segera berangkat ke Inggris untuk mengikuti balapan di Sirkuit Silverstone yang tahun ini menjadi istimewa karena menjadi tempat perayaan HUT Moto GP ke 75.

Setelah menjatuhkan Bulega, pada sesi latihan untuk memperebutkan tiket ke Q 2 Marc Marquez terjatuh. Seperti biasa Marc memang selalu memaksa motornya terutama di sesi yang memperebutkan peringkat untuk kualifikasi. Tujuannya adalah agar bisa balapan dengan posisi start di depan.

Membuktikan diri menjadi penunggang terbaik Ducati versi GP2023 Marc Marquez masih kalah cepat dengan penunggang Ducati yang mengendarai GP2024. Start di grid depan menjadi pilihan agar Marc bisa bersaing untuk memperebutkan podium.

Maka dalam latihan yang bertujuan untuk masuk langsung pada kualifikasi 2, Marc Marquez di menit-menit akhir akan mengeber motornya diluar batas untuk mengamankan posisi.

Beruntung meski jatuh 3 menit sebelum latihan berakhir dan tak bisa meneruskan balapan di lintasan, Marc berhasil menduduki posisi ke 10 sehingga langsung masuk dalam kualifikasi 2.

Peluang Marc Marquez untuk meraih podium di Sirkuit Silverstone Inggris terbuka.

BACA JUGA : Gimik IKN

Memakai ban depan dengan kompon keras pada sesi sprint race Marc Marquez berharap bisa mempertahankan kondisi ban untuk mengejar ketertinggalan di lap-lap terakhir. Sayang Marc yang start dari posisi ke 7 kurang mulus.

Ada tumpukan pembalap di depannya, sehingga ketika berhasil melewati Brad Binder dan Pedro Acosta yang bersenggolan, Marc Marquez sudah ketinggalan dari 4 pembalap di depan.

Mencoba mengejar Alex Espagaro, karena terpisah dari rombongan ban depan Marc Marquez suhunya rendah. Cengkeraman menjadi berkurang dan Marc kemudian terjatuh saat balapan menyisakan 3 putaran.

Marc Marquez kehilangan poin dan tertinggal satu angka dengan Enea Bastianini yang berhasil menjadi pemenang sprint race serta merebut kedudukan ketiga pada klasemen sementara yang sebelumnya ada di tangan Marc Marquez.

Jarak dengan pemegang klasemen sementara tidak berubah karena Francesco Bagnaia juga sama-sama jatuh dan tak bisa meneruskan balapan sprint race di Sirkuit Silverstone ini.

Pada balapan hari Minggu, Marc Marquez melakukan start cukup baik dan bisa mengambil posisi kelima. Marc sejak awal mampu membuat jarak dengan pembalap di belakangnya. Namun tak mampu mengejar empat pembalap di depan.

Tiga pembalap Ducati yang menunggang GP 2024 memimpin di depan diikuti oleh Alex Espargaro. Beberapa lap  terakhir Marquez mampu meningkatkan kecepatan dan membuntuti penunggang Aprilia dan berhasil melakukan overtake.

Marc mampu memperbaiki posisi namun tak cukup waktu dan kecepatan untuk mengejar tiga pembalap di depan.

Balapan akhirnya dimenangkan oleh Enea Bastianini disusul oleh Jorge Martin dan Francesco Bagnaia. Jika dalam balapan sprint race, empat pembalap Ducati tumbang. Pada balapan hari Minggu, empat Ducati memimpin di depan.

Sampai dengan seri balapan di Silverstone, Marc Marquez menunjukkan dirinya sebagai pembalap Ducati GP 2023 yang terbaik. Namun belum cukup untuk bersaing dengan para penunggang Ducati GP 2024 yang memang lebih kencang.

Masih perlu waktu untuk menunggu Marc Marquez menjadi pemenang dengan Ducati.

note : sumber gambar – DETIK