KESAH.ID – Cidera parah akan menghantui pembalap Moto GP. Banyak juara dan pembalap bertalenta mengakhiri karirnya karena cidera. Marques, raja crash berulang kali istirahat dan melewatkan balapan karena cidera, namun ketika kembali ternyata tidak kehilangan nyali serta tetap menjadi ancaman bagi para kandidat juara dunia.

Dua dekade lebih berkarir di dunia balap membuat Valentino Rossi layak menyandang gelar Legenda Moto GP.

Balapan Moto GP Valentia di Sirkuit Riccardo Tormo pada Minggu, 14/11/2021 menjadi balapan terakhir Rossi yang sepanjang karirnya telah mengkoleksi 115 kemenangan dari 414 balapan pada semua kelas.

Menyandang 9 gelar juara dunia, Rossi menjadi satu-satunya pembalap yang meraih gelar juara di kelas 125 cc, 250 cc, 500 cc dan Moto GP.

Pembalap yang pensiun pada usia 42 tahun ini berhasil menyabet gelar dengan lima kapasitas mesin yang berbeda mulai 125 cc, 250 cc, 500 cc, 800 cc dan 900 cc.

Dijuluki sebagai The Doctor dalam setiap perhelatan Moto GP, pendukungnya selalu menonjol. Warna kuning dan nomor 46 menjadi ciri khasnya.

Tak heran jika banyak yang mengkhawatirkan Moto GP akan kehilangan pesonanya setelah ditinggalkan oleh Rossi.

Tentu akan ada Rossi Effect namun gelanggang Moto GP tidak akan seperti Barcelona ketika ditinggalkan oleh Lionel Messi.

Seperti diketahui gelar terakhir yang berhasil disabet oleh Rossi adalah Juara Dunia Moto GP pada tahun 2009. Setelah itu hingga pensiun, Rossi tidak lagi pernah merengkuh piala sebagai Juara Dunia.

Pada 2010 gelar juara disabet oleh Jorge Lorenzo, 2011 Casey Stoner yang berhasil merengkuhnya dan pada 2012 Jorge Lorenzo kembali merebutnya.

Peta berubah ketika pada 2013, Marc Marquez berpindah dari Moto 2 ke Moto GP. Datang sebagai Rookie, Marquez langsung merebut gelar juara dunia dalam musim perdananya. Pada tahun berikutnya gelar juga berhasil direngkuhnya.

Kembali pada tahun 2015, Jorge Lorenzo yang satu tim dengan Valentino Rossi berhasil menyabet gelar juara. Namun dari tahun 2016 hingga 2019, Marquez secara terus menerus berhasil mengenggam gelar juara.

Datang, membalap dan terus menang membuat Marquez mengubur mimpi banyak pembalap. Kehadiran Marc Marquez adalah apes untuk banyak pembalap hebat. Pedrosa, Vinalles dan Dovisioso tercatat sebagai pembalap hebat namun tak pernah meraih gelar juara karena gagal mengalahkan Marquez.

Saking dominannya Marquez, membuat banyak pengamat Moto GP mempunyai kesimpulan bahwa yang bisa mengalahkan Marquez adalah dirinya sendiri. Hampir pasti selalu menang dalam setiap balapan, penyelenggara Moto GP sampai khawatir balapan menjadi tidak menarik karena yang menang loe lagi loe lagi.

Dan benar pada tahun 2020 gelar juara berhasil direbut oleh Johan Mir dan tahun berikutnya oleh Fabio Quartararo karena Marc Marquez harus beristirahat panjang akibat cedera tulang homerus dan mengalami diplopia.

Awal musim 2022, Marquez mulai kembali ke sirkuit. Namun saat mengaspal di Sirkuit Mandalika, Marquez kembali mengalami crash hebat yang membuatnya kembali harus menjalani operasi dan istirahat panjang dari balapan.

BACA JUGA : Joshua dan Teddy, Tumbal Bersih-Bersih Polisi Atau Korban Seteru Antar Faksi

Mengidolakan Valentino Rossi sedari kecil, Marc marquez tumbuh menjadi pembalap yang tenggil dan agresif. Meski piawai melakukan penyelamatan, Marquez tetap dikenal sebagai salah satu pembalap yang paling banyak jatuh di lintasan.

Selalu ingin cepat bahkan saat ditikungan membuat Marquez dikenal punya teknik baru dalam berkendara. Di tikungan Marquez akan membanting motornya semiring mungkin dan memakai siku untuk menahan motornya agar tidak rebah.

Cara membalap yang agresif membuat banyak pembalap tidak suka hati kepada Marquez, termasuk diantaranya adalah Valention Rossi yang kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan.

Salah satu kegemaran Marc Marquez yang lain adalah kepiawaiannya menguntit pembalap lain sangat dekat dibelakangnya. Pada saat kualifikasi kebiasaan ini membuatnya kerap mencatatkan waktu terbaik, sedangkan pada saat balapan kelakuannya ini membuat pembalap yang nyali kecil jadi ciut lalu terkapar jatuh.

Gaya dan kelakuannya yang khas membuat motor tunggangannya yakni Honda didesain untuk menyesuaikan dengan dirinya. Hal mana membuat motor Honda sulit ditahklukkan oleh para pembalap yang menjadi tandem Marc Marquez dalam timnya.

Pedrosa cukup berhasil namun sebagai pembalap di tim utama, sampai pensiun Dani Pedrosa gagal menjadi juara dunia. Alex Marquez, adik kandungnya sendiri hanya bertahan satu musim saat berada dalam tim utama Honda.

Pol Espagaro, salah satu pembalap berbakat bahkan lebih menderita. Berada dalam satu tim dengan Marc Marquez, ternyata tak membuatnya tampil baik. Lebih sering tampil sendiri karena Marquez istirahat akibat cedera, Pol seperti kebingungan mengendarai motor balap Honda.

Dua tahun menjadi rekan satu tim Marc Marquez nampaknya menjadi musim terburuk untuk Pol Espagaro dalam karirnya sebagai pembalap. Dia memilih hengkang ketimbang tetap menderita saat mengendarai Honda.

Balapan Moto GP tanpa keberadaan Marc Marquez di lintasan ibarat sayur tanpa garam, nasi campur tanpa sambal, nggak seru. Suasananya memang lebih damai, pembalap seperti bersaudara di lintasan. Hasilnya banyak pembalap bisa menjadi pemenang, yang melintasi garis finish pertama berganti-ganti.

Hal mana membuat para pengamat berkesimpulan balapan Moto GP lebih dimenangkan karena setting motornya, bukan ketrampilan pembalapnya.

Ducati yang menurunkan 8 motor menjadi kampiun, terlihat sangat cepat di lintasan terutama saat berada dalam track lurus.

6 dari 8 pembalapnya sebelum jeda paruh musim sudah berhasil menduduki podium. Tiga diantaranya berhasil menjadi pemenang yakni Bagnaia, Miller dan Bastianini.

Dalam perhelatan Moto GP 2022, Tim Ducati berada diambang gelar Triple Crown, yakni gelar Konstruktor, Tim dan Pembalap.  Gelar Konstruktor sudah dimenangkan oleh Ducati. Dan jika Bagnaia berhasil menjadi Juara Dunia Motor GP 2022, maka gelar pembalap terbaik akan didapat dan Ducati Lenovo juga akan menjadi tim terbaik dunia tahun 2022.

Moto GP Aragon, Minggu, 18/09/2022 menandai kembalinya Marc Marquez di lintasan balap setelah operasinya yang keempat. Start dari urutan ke 13 setelah bendera dikibarkan Marc Marquez berupaya langsung menyodok ke barisan depan.

Putaran pertama sehabis start selalu krusial, pembalap ngegas namun posisinya masih saling berdekatan. Ban yang belum panas membuat motor masih sulit dikendalikan dan Fabio Quartararo yang berusaha melewati Marc Marquez di tikungan rebah karena bersenggolan.

Fairing motor Quartararo nyangkut di motor Marc Marquez, komponen lainnya juga ada yang tak berfungsi karena benturan, Marc tak menyadari. Naas bagi Nakagami ketika berdekatan dengan Marc Marquez yang sulit mengendalikan motornya kemudian bersenggolan dan mengalami crash parah. Di Aragon, Marc Marquez menandai come back-nya dengan menumbangkan dua pembalap. Yang satu kandidat juara dunia dan yang satu adalah rekan di tim satelit Honda.

Balapan pertama Marc Marquez setelah cidera tidak mulus. Namun semua orang bisa menyaksikan bahwa setelah cidera yang berkepanjangan ternyata Marquez tidak kehilangan nyalinya untuk tetap menjadi pembalap yang kencang, ngotot dan tidak takut jatuh.

BACA JUGA : Jangan Tangisi Susu Yang Telah Tumpah

Balapan berikutnya di Jepang dan Thailand, grafik Marc Marquez membaik. Bahkan ketika di Jepang, berhasil meraih Pole Position. Marc mulai digadang akan kembali podium.

Berhasil finish di sepuluh besar pada balapan di Jepang dan Thailand, Marquez nampaknya lebih fokus untuk melakukan ujicoba motornya ketimbang meraih kemenangan. Meski begitu kehadirannya mulai membuat ancaman untuk pembalap lainnya. Bahkan peta persaingan menjadi juara dunia Moto GP kemudian makin sengit. Jatuhnya Quartararo karena senggolan dengan marc Marquez membuat jarak dengan Bagnaia menjadi terpangkas.

Balapan di sirkuit Philips Island, Australia pada Minggu, 16/10/2022 akhirnya membuktikan Marc Marquez belum habis. Dalam balapan yang berlangsung sangat ketat, Marc Marquez membuktikan dirinya masih bernyali.

Memulai dari posisi kedua saat start, Marguez berhasil mempertahankan posisinya hingga akhir balapan.

Mampu berdiri di podium sebagai pemenang kedua, Marquez kembali menjadi ancaman bagi perebutan gelar di Moto GP tahun depan. Dia akan bersaing dengan talenta muda seperti Fabio Quartararo, Francesco Bagnaia, Enea Bastianini, Marco Bezzecchi, Jorge Martin dan lainnya.

Di Australia, Marc Marquez menunjukkan kembali talenta dirinya. Motornya bukan yang paling cepat, kalah jauh dari pasukan Ducati, Suzuki, Yamaha dan Aprilla. Saat kualifikasi data menunjukkan kecepatan tertinggi yang dicapai oleh Marc Marquez berada di urutan 12. Pada saat race Marquez justru lebih lambat lagi, kecepatan paling tinggi ada pada urutan ke 15.

Namun dengan bekal kecepatan yang tidak terlalu tinggi ternyata dalam sesi kualifikasi Marquez berhasil mencatatkan lap time kedua terbaik setelah Jorge Martin. Kecepatan lapnya bahkan berhasil mengalahkan rekor Jorge Lorenzo yang sampai sebelum kualifikasi tercatat sebagai pemegang rekornya.

Pada saat balapan, start dari posisi kedua Marquez berencana untuk ngacir. Menjadi pembalap satu-satunya yang memakai ban belakang soft, Marc langsung tancap gas. Namun terlihat jelas motor Honda memang kalah cepat dibanding Ducati. Jorge Martin langsung mengambil jarak. Marc memang berhasil membuat jarak dengan pembalap di belakangnya namun tak lama kemudian Bagnaia berhasil melewatinya.

Berusaha terus menekan namun Marc malah disusul oleh Alex Rins yang melesat dari belakang. Bezzechi dan Luca Marini juga terus mendesak. Terjadi saling overtake, namun Marquez tak berhasil menyodok di paling depan.

Bahkan 5 lap menjelang finis, Marquez merosot ke posisi 5 atau 6. Baru 3 lap terakhir berhasil kembali ke depan dibelakang Bagnaia dan Rins.

Balapan berlangsung ketat, ada 6 pembalap di group depan.

Lap terakhir Rins bisa mengambil alih pimpinan, Maarquez pun melewati Bagnaia namun tak kuasa untuk menjadi yang terdepan menyalip Rins. Hampir terkejar oleh Bagnaia menjelang bendera finish, akhirnya Marc Marquez duduk di podium kedua setelah puasa kemenangan sekian lama.

Marc Marquez telah kembali, asal tidak jatuh dan cidera kembali Moto GP 2023 akan seru dan tetap layak untuk ditonton walau tak ada lagi kuning-kuning Rossi.

note : sumber gambar – ADATAH.COM