KESAH.ID – Ternyata salah satu hasil holtikultura terbesar dari Kalimantan Timur adalah pisang. Dan menurut hasil kajian sumbangan sektor ekonomi kreatif pada PDRB Kaltim tajhun 2023, menunjukkan sub sektor kuliner adalah penyumbang tertinggi. Pada subsektor kuliner itu sumbangsih terbesarnya adalah produksi keripik dan rempeyek. Berkaca dari itu, jangan sepelekan pisang.
Ketika pertama kali datang ke Kalimantan Timur akhir tahun 2021, dalam perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda kerap kali bertemu dengan truk penuh dengan muatan pisang kepok.
Namun beberapa tahun kemudian pemandangan itu menjadi langka. Yang lebih sering terlihat di jalan adalah mobil penuh dengan nanas dan buah naga.
Menjelang tahun 2005, harga pisang memang melonjak tinggi. Pisang yang menjadi andalan pendapatan bagi keluarga petani di berbagai wilayah Kalimantan Timur terserang oleh pandemi layu fusarium.
Penyakit ini dikenal pula dengan nama Panama disease karena pada awal tahun 60-an pernah membuat kebangkrutan dan gejolak ekonomi politik pada negara-negara pengekpor pisang di Amerika Latin.
Ekonomi negara-negara itu kemudian terselamatkan oleh pisang cavendish yang waktu itu tahan terhadap serangan.
Hanya saja beberapa puluh tahun kemudian ternyata pisang cavendish tidak kebal lagi.
Penyakit yang membuat pohon pisang dengan daun menguning dan batang dalam menjadi cokelat ini disebabkan oleh jamur fusarium. Pohon yang terserang menjadi tidak produktif dan lama kelamaan mati. Anakannya juga akan terserang sehingga tak bisa ditanam kembali untuk pembiakan.
Jamur ini merupakan jamur tular tanah {soilborne}, yang mudah menyebar melalui tanah, air, alat pertanian yang terkontaminasi dan anakan yang terinfeksi.
Setelah tinggal di Samarinda, saya jarang melihat petani yang berkebun pisang. Memang banyak pisang tumbuh di kebun namun nampaknya menjadi tanaman sambil lalu. Yang kemudian banyak ditanam adalah pepaya dan sayur-sayuran.
Antara Samarinda – Balikpapan juga jarang lagi terlihat hamparan kebun pisang. Yang lebih menonjol adalah kebun buah naga. Tanaman merica yang dulu sering terlihat di sekitar Desa Batuah juga mulai menghilang.
Sedangkan di perbukitan tak jauh dari jalan, kerap terlihat pula hamparan tanaman nanas.
Namun beberapa tahun terakhir ini tanaman buah naga juga merana. Terlihat pucuknya seperti terbakar lalu mengering. Deretan penjual buah naga yang dulu kerap ditemui di antara Samarinda – Balikpapan kini berganti dengan salak, jambu berlian atau kristal, jambu air dan lainnya.
Saya jadi ingat pernyataan seorang teman, dia berkata kalau Kalimantan Timur itu soal biodiversivitas. Jadi lahan atau hamparannya tak boleh dikuasai hanya oleh jenis tanaman tertentu.
“Jadi kalau berpetak-petak lahan ditanami jenis tanaman yang sama pasti akan diserang penyakit,” ujarnya.
Menurutnya ibu bumi Kalimantan tidak rela kalau tanahnya dikuasai oleh hanya satu tanaman.
Pernyataannya menarik tapi saya tertarik untuk mendebatnya dengan bertanya bagaimana dengan sawit?
Dia menjawab, kalau sawit banyak obat-obatannya.
Dan kemudian dia juga berkata “Satu-satunya tanaman yang dibiarkan alam untuk menguasai lahan yang luas hanya ilalang,”
BACA JUGA : Mesin Marketing
Surprise, saya melihat banyak kebun pisang ketika melakukan perjalanan di Kutai Timur. Tepatnya ketika menyusuri wilayah kecamatan Bengalon, Kaliorang dan Kaubun. Selain hijau karena sawit, disela-sela antara kebun sawit yang satu dan yang lainnya menghijau dengan kebun pisang.
Karena diburu waktu dan keperluan lainnya, saya tak sempat mengulik lebih jauh soal kebun pisang itu. Tapi dari rekan seperjalanan, saya mendapat cerita bahwa pisang kepok dari Kutim sudah menembus pasar ekspor.
Kabupaten Kutai Timur memang mempunyai satu varietas pisang kepok lokal yang disebut kepok grecek. Asalnya dari Desa Bukit Harapan, Kecamatan Kaliorang.
Ciri khasnya berkulit hijau dengan daging buah berwarna kuning keputihan. Pisangnya manis dan bertekstur lembul.
Ukuran buahnya tidak terlalu panjang dan besar. Berkisar 15-16 cm dengan diameter 2 sentian.
Karena penampilan dan rasanya, pisang kepok grecek kemudian disukai. Laris di pasar domestik dan manca negara.
Luas lahan tanaman pisang di Kutai Timur sudah melampaui angka 2000 hektar. Dan setiap bulannya bisa menghasilkan panen ribuan ton.
Selain dipasarkan di Kutai Timur, pisang kepok grecek juga dikirim ke Samarinda, Balikpapan, dan Bontang. Pisang dari Kutai Timur ini juga menembus pasar Banjarmasin, Bandung dan Surabaya.
Ternyata pisang kepok merupakan salah satu produk holtikultura terbesar dari Kalimantan Timur. Selain Kutai Timur, daerah penghasil pisang adalah Paser.
Buat saya fakta ini menyenangkan. Sebab selama ini saya menyakini Kalimantan Timur lemah dalam soal pangan seluas-luasnya. Hampir semua bahan pangan didatangkan dari luar. Hasil pertanian yang surplus hanyalah ketela.
Tapi nyatanya tidak. Ternyata pisang surplus sehingga bisa dijual keluar daerah. Kaltim bukan menjadi daerah tujuan, melainkan juga daerah asal.
Dan yang lebih menyenangkan produk pertanian ini adalah hasil dari petani, bukan korporasi sebagaimana sawit.
Ada empat desa yang saya kunjungi di Kutai Timur. Namun di Desa Mata Air baru saya berinteraksi dengan pisang. Tapi bukan pisang kepok gecrek melainkan pisang ambon.
Setiap kali mendengar pisang ambon saya selalu ingat teman-teman dari Maluku dan Maluku Tenggara. Mereka selalu bilang tidak ada pisang ambon di Ambon. Mereka menyebutnya sebagai pisang meja.
Di Desa Mata Air, ibu-ibu membuat keripik dan sale atau pisang rimpi dari pisang ambon.
Keripiknya terasa gurih dan renyah dengan rasa manis serta fruity tipis di langit-langit mulut.
Lagi-lagi saya salah sangka. Selama ini saya menduga keripik pisang selalu dari pisang kepok.
BACA JUGA : Sandera Data
Saya jadi ingat dengan sebuah dokumen kajian yang dikirimkan oleh pengkajinya sendiri.
Dalam dokumen kajian tentang sumbangan ekonomi kreatif pada PDRB Kaltim tahun 2023 ada catatan yang menarik pada sumbangan dari sub sektor kuliner.
Ternyata sumbangan tertinggi bukan dari café atau kedai-kedai yang terus tumbuh seperti jamur. Nilai tambah usaha yang terbesar ternyata justru dari keripik dan rempeyek. Usaha ini ternyata paling kriuk di Kalimantan Timur.
Di Kutim, keripik yang saya cemil buatan ibu-ibu dari Desa Mata Air, sedangkan rempeyeknya buatan dari salah seorang ibu di Desa Cipta Graha.
Dalam hal cemilan, Kaltim pernah dikenal karena amplang atau kuku macan.
Amplang Kaltim unggul karena berbahan ikan pipih, ikan dari Sungai Mahakam.
Tapi lama-lama ikannya sulit didapat. Bahan utama amplang kemudian beralih menjadi ikan tenggiri. Akhir-akhir ini ada yang melakukan inovasi dengan membuat amplang dari bandeng dan rumput laut. Tapi rasanya tak sedahsyat amplang ikan pipih.
Karena langka, nyemil amplang ikan pipih jadi terasa muahal. Di mulut jadi rasa duit yang dominan ketimbang gurih-gurih renyahnya.
Makan cemilan kripik pisang bisa jadi unggulan baru. Bahannya banyak, bisa pisang ambon atau pisang kepok.
Trio Macan pernah mempopulerkan lagu Iwak Peyek. Meski temanya bukan kuliner, paling tidak lagu itu membuat peyek jadi terkenal.
Semoga ada musisi dari Kalimantan Timur yang tergerak untuk membuat lagu Keripik Pisang. Biar keripik pisang dari Kaltim makin terkenal.
Biar Kalimantan Timur tidak hanya terkenal karena mengirim ribuan ton batubara keluar daerah dan keluar negeri. Tetapi juga terkenal karena mengirim ribuan ton keripik, untuk meng-kriuk-kan bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lainnya secara berkelanjutan.